DOA

TAHLILAN


Bahwa Tahlilan yang dikatakan sesat dan masuk neraka adalah Sunnah Sayyidina Muhammad Shalallahu alaihi Wasallam.

Ketika gugurnya sayyidina ja`far bin abu thalib dalam perang mu`tah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam terdiam dan berkata : “Wa’alaika assalam ya Ja’far”, mendengar ucapan tersebut para sahabat bertanya : “Apa yang terjadi wahai Rasulullah ?”, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Ja’far bin Abi Thalib pamit dan mengucapkan salam kepadaku dan ia telah diebri dua sayap sebagai ganti dari kedua tangannya yang terpotong, dan ia sedang dibawa oleh para malaikat untuk menuju surga Allah subhanahu wata’ala” .

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اِصْنَعُوْا لِآلِ جَعْفَرَ طَعَامًا
“ Buatkanlah untuk keluarga Ja’far makanan”

Sebab keluarga dan kerabat sayyidina Ja’far berjumlah banyak, agar mereka tidak disibukkan dengan membuat makanan untuk para tamu yang datang, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintah para shahabat untuk memasak makanan untuk keluarga sayyidina Ja’far.

Hal ini juga merupakan dalil bahwa acara tahlilan boleh dihidangkan makanan di dalamnya. Dan jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bermaksud memberikan makanan hanya untuk keluarga sayyidina Ja’far yaitu hanya untuk istri dan dua anak beliau, maka pastinya Rasulullah hanya meminta salah satu dari para sahabat atau dari istri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membuatkna makanan itu, namun karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui bahwa ada banyak orang yang akan mendatangi keluarga sayyidina Ja’far maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meminta para sahabat untuk membuatkan makanan untuk keluarga sayyidina Ja’far, maka hal ini merupakan dalil yang jelas bahwa acara tahlilan yang dilakukan di zaman ini adalah hal yang diperbolehkan, dan juga dikarenakan ketika para sahabat datang dan berkumpul di rumah sayyidina Ja’far mereka tidak berkumpul dan datang untuk berbincang atau bercanda, namun mereka datang untuk takziyah dan berdzikir atau membaca Al qur’an.

Bahkan Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menyebutkan bahwa ia menemukan riwayat yang tsiqah (kuat) bahwa ketika sayyidina Umar bin Khattab Ra dalam keadaan sakaratul maut, beliau berkata kepada salah seorang sahabat untuk membuatkan makanan selama tiga hari untuk tamu-tamu yang datang untuk takziyah. Jadi tahlilan disediakannya makanan oleh keluarga yang telah wafat dalam acara tahlilan jika mereka adalah orang yang mampu maka hal itu adalah hal yang baik, namun jika keluarga itu adalah orang yang tidak mampu maka sebaiknya orang yang datang membawa makanan atau hal lain yang dapat meringankan beban keluarga yang wafat.

Namun memakan makanan yang disediakan dalam acara tahlilan sama sekali tidak ada larangannya dari Allah subhanahu wata’ala karena hal demikian juga diperbuat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat.

Oleh: Sayyidy Munzir Al-musawa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar